SekitarJatim.com – Organisasi ekstra kampus merupakan salah satu wadah penting untuk para mahasiswa baru dalam mengembangkan kemampuan dalam berorganisasi maupun bersosialisasi. Melalui organisasi mahasiswa dapat memperoleh tambahan pengetahuan serta teman yang tidak dapat diperoleh di dalam kelas.
Menjadi mahasiswa bukan hanya sekedar menjadi kaum intelektual yang terpelajar dengan idealisme dan kepentingan pribadi. Mahasiswa harus siap menjadi bagian dari masyarakat yang membawa perubahan, karena mahasiswa merupakan Agen of Change atau agen perubahan dan juga sebagai harapan untuk masa depan suatu bangsa dan negara.
Tahun 1998 menjadi saksi sejarah gemilang perjuangan mahasiswa dalam memberikan perubahan pada tatanan bangsa Indonesia. Pada saat itu ribuan mahasiswa dari berbagai kampus melakukan aksi dengan mendesak Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Perjuangan itu berhasil membuat Soeharto lengser dari jabatan yang kurang lebih hampir 32 tahun ia menjabat. Hingga saat ini peristiwa tersebut dikenal sebagai Tragedi Trisakti atau runtuhnya orde baru dan lahirnya reformasi.
Dengan level intelektual yang tinggi, mahasiswa harus mampu memberikan gerakan perubahan di dalam masyarakat maupun bangsa. Bukan hanya di bidang politik saja, tapi juga di berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya. Untuk mencapai hal tersebut tak cukup hanya dengan mendalami akademis di dalam kelas perkuliahan saja, mahasiswa membutuhkan wadah agar bisa memperluas jaringan sosial dan memperbanyak pengalaman.
Organisasi adalah jawaban yang dibutuhkan mahasiswa dalam memperkuat relasi serta memperbanyak pengalaman, seperti pelatihan, kajian, dan pengalaman lainnya yang tidak bisa didapat di bangku kuliah. Organisasi dapat diartikan sebagai sebuah wadah bagi kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan kepentingan yang sudah ditentukan bersama secara rasional serta tersistematis, terpimpin atau terkendali.
Maka dari itu mahasiswa, apa lagi mahasiswa baru (MABA) harus mengetahui organisasi yang ada di perguruan tinggi, baik itu organisasi internal maupun eksternal kemahasiswaan. Nah, apa saja organisasi kemahasiswaan yang ada di perguruan tinggi?
Lima organisasi ekstra kampus berbasis Islam di Indonesia:
1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi keislaman di Indonesia yang dibentuk untuk menjadi wadah bagi mahasiswa muslim. HMI diprakarsai oleh 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (yang sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia) pada 5 Februari 1947 dan menjadi salah satu organisasi kemahasiswaan tertua.
Sebelum terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sudah ada organisasi kemahasiswaan yang bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) yang beranggotakan tiga Perguruan Tinggi di Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI), dan Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada, akan tetapi pada saat itu PMY dirasa kurang memperhatikan mahasiswa yang menjunjung tinggi nilai agama Islam. Hal tersebut menjadi salah satu alasan kuat mahasiswa Islam dalam membentuk organisasi yang terpisah dari Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta.
Lafran Pane, seorang mahasiswa fakultas hukum Sekolah Tinggi Islam adalah salah satu orang yang memprakarsai berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam, ia mengadakan pertemuan mendadak pada saat jam kuliah pada tanggal 5 februari 1947, hingga akhirnya memperoleh kesepakatan dari 13 mahasiswa lainnya yang hadir pada rapat tersebut dan ditetapkanlah tanggal tersebut sebagai tanggal berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Dengan tujuan mempertahankan NKRI, mempertinggi derajat Rakyat, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Adapun peserta rapat yang berhadir adalah Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan), Suwali, Yusdi Ghozali (tokoh utama pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII)), Mansyur, Siti Zainah (istri Dahlan Husein), Muhammad Anwar, Hasan Basri, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha Mashudi dan Bidron Hadi.
2. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia merupakan organisasi dari hasil peleburan tiga organisasi yang berdiri sebelumnya yaitu, Gerakan Mahasiswa Marhaen, Gerakan Mahasiswa Merdeka, dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia. GMNI didirikan pada tanggal 23 Maret 1954 di Surabaya, Jawa timur.
S.M. Hadi Prabowo, pimpinan dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia adalah orang pertama yang mempunyai gagasan untuk menyatukan penggabungan organisasi-organisasi mahasiswa nasionalis. Gagasan tersebut kemudian ia sampaikan kepada kedua pimpinan organisasi lain Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo, dan Haruman dari Gerakan Mahasiswa Merdeka. Ia kemudian bertemu Wahyu Widodo, Subagio Masrukin, dan Sri Sumantri dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis, akhirnya gagasan itu juga diamini oleh pimpinan dua organisasi lainnya.
Pertemuan pertama tiga organisasi nasionalis tersebut diadakan di rumah dinas Walikota Jakarta, Soediro.dalam pertemuan tersebut mencapai kesepakatan untuk berfusi, baik secara organisasi maupun secara ideologi. Dengan fusi bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dipilih sebagai nama organisasi hasil fusi, disepakati pula nasionalisme dan marhaenisme menjadi ideologi GMNI.
Didukung langsung oleh presiden pertama Indonesia Bung Karno, Kongres pertama GMNI diadakan di Surabaya, Jawa Timur, pada 23 Maret 1954 dengan ditetapkannya GMNI sebagai hasil fusi ketiga organisasi, penetapan pimpinan nasional GMNI yaitu M. Hadi Prabowo sebagai ketua.
3. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Pergerakan Mahasiswa islam Indonesia merupakan organisasi terbesar dengan kuantitas anggotanya berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah. PMII lahir karena menjadi sebuah kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman.
Bermula dari kegelisahan dan hasrat kuat mahasiswa Nahdlatul Ulama’ untuk mendirikan sebuah organisasi mahasiswa dengan berideologikan Ahlussunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) yang pada saat itu pada tahun 1950-1959 terjadi carut marut situasi politik bangsa Indonesia, tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan dan pisahnya NU dengan Masyumi menjadi salah satu berdirinya PMII.
Kendati sebelum berdirinya PMII sudah ada beberapa organisasi mahasiswa Nahdliyin, organisasi-organisasi tersebut masih bersifat lokal dan tidak mampu membendung hasrat untuk berdirinya organisasi mahasiswa nahdliyin secara nasional yang dibuktikan pada Konferensi Besar Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) pada 14-17 Maret 1960 di Kaliurang Yogyakarta dengan disepakati berdirinya organisasi kemahasiswaan Nahdliyin.
Kemudian, dibentuk panitia sponsor yang beranggotakan 13 orang mahasiswa NU dari berbagai daerah untuk mengadakan musyawarah dengan agenda pembentukan organisasi Mahasiswa Nahdliyin selam dua hari dari tanggal 14-16 April 1960. Hingga pada 17 April 1960, PMII resmi terbentuk.
Dalam musyawarah melahirkan organisasi PMII, juga menghasilkan AD/ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) serta memilih Sahabat Mahbub Junaidi sebagai Ketua Umum, M. Khalid sebagai Wakil Ketua Umum, dan M. Said Budairy sebagai Sekretaris Umum.
Pada saat itu, PMII dibentuk sebagai alat untuk memperkuat partai NU yang pada saat itu NU merupakan partai politik di Indonesia. Hingga pada tanggal 14 Juli 1972, PMII mendeklarasikan diri untuk menjadi Organisasi Independen dan terlepas dari organisasi manapun termasuk NU, deklarasi PMII ini terkenal dengan nama Deklarasi Munarjati, karena bertempat di Mubes Munarjati (Kota Batu, Malang). Maka, dari sini PMII berdiri sendiri dan mutlak menentukan nasibnya sendiri untuk tujuan dan cita-citanya.
4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi mahasiswa islam dan juga sebagai organisasi otonom Muhammadiyah di bidang keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan yang didirikan pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta. Dengan tujuan mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai Tujuan Muhammadiyah.
Pendiri dan pencetus dari organisasi kemahasiswaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah atau IMM adalah Drs. Moh. Djazman Al-kindi yang juga merupakan koordinator sekaligus ketua pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
5. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Organisasi kemahasiswaan yang lahir di era reformasi yakni pada 29 Maret 1998 di kota malang, jawa timur ini, juga merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan islam terbesar yang ada di Indonesia. Hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia terdapat anggota dari organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
KAMMI lahir atas keprihatinan mahasiswa terhadap krisis nasional yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Terutama pada krisis kepercayaan pada sektor pimpinan aktivis dakwah di seluruh Indonesia. Muncul sebagai kekuatan alternatif mahasiswa dengan basis muslim pada momentum pelaksanaan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang.
KAMMI mengambil peran sebagai mitra bagi masyarakat dalam upaya-upaya pembangunan masyarakat sipil, demokratisasi dan pembangunan kesatuan/persaudaraan umat dan bangsa melalui pendampingan/advokasi sosial, kritik/konstruktif terhadap kebijakan negara yang marginalisasi masyarakat.
Itu dia organisasi kemahasiswaan dengan basis keislaman terbesar di Indonesia yang dirangkum oleh SekitarJatim.com.com, tentunya organisasi-organisasi di atas merupakan organisasi yang cocok untuk mahasiswa yang beragama Islam dalam berproses dan menambah pengalaman di organisasi ekstra kampus.(*/red)***