SekitarJatim.com – Hal yang selalu digembor-gemborkan, bagaimana meningkatkan derajat pendidikan dan kebebasan wanita dalam mengeksplorasi berbagai hal sesuai potensi masing-masing. Tapi pernahkah Anda berpikir, keilmuan agama juga penting untuk seluruh wanita?
Negara kita adalah negara yang meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, tetapi masih banyak wanita yang berpendidikan diluar sana, tanpa menyetarakan pendidikan dengan agama. Agama adalah cara Tuhan mendidik tingkah laku manusia, sehingga menyetarakannya sangat penting untuk memandukan keilmuan dengan akhlak.
Wanita berpendidikan memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi, tetapi diatas itu sebelum kemanusiaan, ada bagaimana menghubungkan diri terhadap pencipta.
Wanita hari ini, sudah tidak terikat dengan budaya karena perjuangannya. Wanita bisa mendapat pendidikan yang setara dengan kemampuannya, tetapi bagaimana dengan apakah wanita sudah berusaha mendapatkan ilmu agama yang memadai.
Wanita adalah madrasah atau sekolah pertama bagi generasi baru, wanita yang berpendidikan mampu membentuk generasi yang maju secara intelektual, tetapi dengan pemahaman agama yang cukup wanita bisa membentuk generasi yang taat beragama sehingga terbentuklah kedamaian antar umat.
Seperti halnya RA Kartini, beliau merupakan pejuang emansipasi kaum perempuan. siapa sangka beliau adalah seorang santriwati dari ulama asal Semarang KH Muhammad Sholih bin Umar as-Samarani al-Jawi asy-Syafi’i. Seharusnya kita semua meneladani dan mencontoh bahwa pendidikan merupakan hal penting dengan diimbangi ilmu agama.
Kalau orang-orang bilang harapan bangsa adalah anak-anak muda, tapi didalam sudut pandang saya, harapan bangsa dimulai dari wanitanya, kesetaraan pendidikan sudah didapatkan, tetapi agama semakin mengalami kemunduran, rasa keegoisan tentu ada bahwa para wanita bisa melakukan segala hal sendiri.
Para wanita akan melahirkan pemimpin baru untuk bangsa, sedikit saya ceritakan bagaimana pengaruh wanita terhadap penerusnya. Asiah istri Fir’aun wanita baik dan beriman kepada Tuhan, beliau dapat mendidik seorang Musa dengan baik pula. Kemudian contoh lain yang berlawanan, Ummu jamil istri abu lahab, walaupun dia kuat secara intelektual, tapi perlu dipertanyakan, apakah dia beriman? Tidak. Anak dari Ummu jamil bernama utaibah pun mengikuti jalan yang ditempuh ibunya, begitu kira-kira.
Jadi, pada akhir dari tulisan ini, mari kita para wanita saling mengingatkan dan meningkatkan kesadaran atas kurangnya pendidikan agama, entah agama apapun yang kita anut. Semuanya berdasar untuk mengubah akhlak manusia.
Bangsa yang kuat lahir dari seorang wanita hebat, bukan hanya generasi yang memiliki kekuatan intelektual tetapi bagaimana dirinya bertanggung jawab di hadapan Tuhan.
_____
*Penulis merupakan Kader PMII Komisariat Stikes Rustida.