Kala itu, pada pagi hari yang masih sejuk, aku telah berada di deretan kursi warung kopi langgananku, dengan modal cuci muka dan gosok gigi, aku memaksa penjaga warung kopi itu membuatkan secangkir kopi kental dan panas, untukku. Aku bertindak demikian, sebab aku baru saja beranjak dari rapat organisasi yang akan merencanakan aksi demonstrasi. Melelahkan. Tapi menyenangkan pula.
Banyak hal yang tak kuceritakan pada orang tuaku dirumah, atau lebih tepatnya kusembunyikan. Salah satunya adalah peran sebagai aktivis. Mengapa? Sebab, seringkali ketika terjadi demonstrasi, handphone-ku akan berdering beberapa kali, dari orang tua, paman dan bibi, bahkan dari nenekku. Berisi larangan untuk mengikuti demonstrasi. Padahal, yang merencanakan demonstrasi tersebut terjadi adalah aku, buah hati mereka. Aku pun larut dalam lamunan yang menggelikan itu.
Kira-kira sejam kemudian, lamunanku dibuyarkan oleh datangnya seorang perempuan berjilbab lebar, ia memesan dan duduk dibangku tak jauh dariku, aku melihatnya, dan ia pun melihatku. Ia tersenyum dan mengangguk. Sebab sebetulnya, kita berdua memang saling mengenal. Maka dari itu, karena kegabutan, kudatangi dia, duduk tepat didepannya, dan aku pun menyapa.
“Halo” (seraya membetulkan tempat duduk)
“Halo, kamu keliatan mengantuk.” Ia membalas.
“Iya, aku tadi bangun tidur dari mimpi buruk” kataku.
“Mimpi buruk apa?” tanyanya penasaran.
“Aku sedang bermimpi bahwa jika aku tak bangun tidur, maka hari ini aku tak melihat bidadari, makanya aku memaksa bangun tidur walau masih mengantuk untuk melihat bidadari itu” kataku.
“Jadi, sudah bertemu dengan bidadari hari ini? Mana bidadarinya, dan sedang apa ia dibumi?” tanyanya meledek.
“Ia tepat berada didepanku, sedang bertanya” kataku sambil memandang bola matanya yang terkejut itu. Seketika, kulihat pipinya merah merona bak bunga mawar yang cantik. Kutahu ia sedang malu, dan ia tahu aku sedang menggodanya.
Seketika itu, ia merogoh laptop yang ia bawa dari tasnya, menaruh di meja, dengan sebelumnya menyisihkan beberapa barang seperti cangkir kopi, sepiring kentang goreng, agar cukup berada di atas meja. Aku tahu ia melakukan itu semua, karena berusaha untuk menyembunyikan rasa malunya padaku. Aku mengamati gerak-gerik itu dengan seksama, seraya bergumam dalam hati “Tuhan, betapa cantik makhluk ini.”
“Mau mengerjakan tugas ya?” ucapku berusaha menerangi keheningan.
“Iya nih, ada tugas dari kampus” balasnya dengan sedikit kata.
Aku mengerti, perempuan tak suka basa-basi, dan karena itu, aku mencoba berpikir keras untuk membongkar kebuntuan, atau setidaknya mencairkan suasana yang canggung di antara kita berdua. Melihatku terdiam, tiba-tiba perempuan berjilbab lebar itu melontarkan pertanyaan padaku.
“Mas, punya pacar? Tanyanya secara mengejutkan.
“Aku ndak punya pacar, ning. Kenapa toh? Jawabku sekenanya saja.
“Ah mana mungkin, aktivis seperti Mas kan biasanya punya banyak pacar, seringkali bergonta-ganti pacar, atau punya pacar lebih dari satu dalam satu waktu” ucapnya seolah-olah tak percaya.
“Aku memang ndak punya pacar, Ning. Sungguh. Apakah aku terlihat seorang playboy ya? ucapku mencoba memastikan.
“Bisa jadi” jawabnya dengan meledek dan tertawa kecil.
Aku tahu, ia sedang menggodaku. Dalam keheningan warung kopi yang kita singgahi, sebagai pria sejati maka aku berusaha membalas ledekannya itu.
“Aku memang tak punya pacar, ning. Sebab, di dunia ini, selama ini, hanya ada satu perempuan yang sesuai dengan keinginanku. Ning, berkenan ingin mengetahui perempuan seperti apa yang kumaksud?” tanyaku dengan percaya diri.
“Ya, tentu” jawabnya singkat.
Sebelum menjawab, kuteguk secangkir kopiku yang telah dingin, dan mencoba melirik bola mata yang bening dari perempuan berjilbab lebar itu.
“Tak perlu berpura-pura tak mengerti, ning. Perempuan yang kumaksud itu adalah dirimu, ning. Engkau, kupu-kupu di taman bunga Firdaus.” Ucapku dengan penuh kemenangan.
Ia terdiam ketika aku mengucapkan itu, tak seperti sebelumnya dimana ia masih tersenyum malu-malu, aku mengerti bahwa aku keterlaluan. Tetapi seketika itu, handphone-ku berdering, dari seorang sahabat. Ia menelpon karena rapat organisasi persiapan untuk demonstrasi akan segera dimulai, ia memintaku datang kesana. Aku pun menyanggupi, tetapi sebelum aku beranjak dari warung kopi dan perempuan berjilbab lebar itu, aku meminta padanya secarik kertas dan pulpen. Ia masih terdiam walau menuruti permintaanku. Aku pun menulis dalam kertas itu, dan memintanya untuk membaca ketika aku telah lenyap dari pandangan.
“Aku telah berdo’a pada Tuhan, agar diberi segala keberuntungan, dalam hidup. Dan barangkali, salah satu keberuntungan itu adalah bertemu denganmu di lain waktu, dengan engkau ning, kupu-kupu di taman bunga Firdaus itu.”
Beberapa selang waktu setelah kejadian itu, ia dan aku bertemu kembali dalam suatu seminar, kala itu ia menjadi salah seorang pembicara di acara tersebut, sedangkan aku hadir karena ingin melihatnya berbicara didepan banyak orang.
Sebagai aktivis di kampus tersebut, tak sulit untukku mendapat akses masuk ke acara seminar itu, sebab beberapa panitia acara seminar yang membahas mengenai “Rumah Tangga dalam Perspektif Islam” sebagian adalah kaderku, toh dengan dalih bahwa setelah lulus aku akan menikah, mereka percaya saja padaku dan tak menaruh curiga mengapa orang sepertiku mengikuti seminar yang jauh dari duniaku (pernikahan). Padahal, aku mempunyai maksud tersendiri yang tak satu pun mereka tahu.
Ia, perempuan berjilbab besar itu, begitu memperhatikanku, hal itu berlangsung sampai acara seminar selesai. Kemudian, ia menyampaikan pesan bahwa aku harus bertemu dengan kedua orangtuanya, tentu perjumpaan itu perihal menanyakan keseriusanku pada putrinya. Aku pun menyampaikan keberatan, sedangkan ia menafsirkan keberatan itu sebagai penolakanku, ia menangis dan bertanya, mengapa? Aku menjawab engkau, putri seorang kyai, sedangkan aku, pemuda desa yang berperan sebagai koboy di kota, jauh dari kata mapan.
Kadang-kadang, begitulah cinta, bukan hanya soal perasaan yang sama, tetapi lebih dari itu adalah tentang kepantasan.***
***Klik tautan Google News dan dapatkan berita terkini serta informasi bermanfaat lainnya di perangkat Anda.