PAMEKASAN, SekitarJatim.com — Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Kelas IIA Pamekasan, di bawah naungan Kanwil Kemenkumham Jawa Timur, menerima kunjungan dua Duta Pelajar Anti Narkoba Jawa Timur, Azza Rana Bilques dan Alfitra Ainiarrifa, pada Jumat (20/6). Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya edukatif yang digalakkan para duta pelajar untuk mengampanyekan bahaya narkoba dan mendalami proses rehabilitasi narapidana kasus penyalahgunaan narkotika.
Kedatangan keduanya disambut langsung oleh Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik (Kasi Binadik) Panticius dan Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan (Kasubsi Bimkeswat) Hairul Rasyid. Dalam sambutannya, Panticius menekankan pentingnya partisipasi generasi muda dalam memahami bahwa rehabilitasi merupakan bagian dari pemulihan, bukan hanya bentuk hukuman.
“Kami apresiasi langkah para duta pelajar ini. Edukasi seperti ini penting untuk menyebarkan pesan bahwa proses rehabilitasi adalah upaya memberi kesempatan kedua bagi mereka yang ingin berubah,” ujarnya.
Selama kunjungan, Azza dan Alfitra melakukan wawancara mendalam dengan petugas rehabilitasi dan warga binaan. Salah satu narasumber adalah Tiyo, petugas medis yang telah lama terlibat dalam program rehabilitasi di dalam lapas. Ia menjelaskan bahwa pendekatan rehabilitasi yang diterapkan bersifat holistik, mencakup penyembuhan fisik, mental, hingga spiritual.
“Tujuan kami adalah agar mereka keluar sebagai pribadi yang lebih kuat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama,” ungkap Tiyo.
Kegiatan wawancara juga dilakukan dengan Petrik, seorang warga binaan asal Bima yang telah menyelesaikan program pascarehabilitasi. Ia menceritakan perjuangannya lepas dari kecanduan narkoba. Menurutnya, proses rehabilitasi di Lapas Pamekasan telah memberinya harapan dan kekuatan untuk memulai hidup baru.
“Saya belajar mengenal diri, mengendalikan emosi, dan bangkit. Di sini saya merasa benar-benar dibantu,” kata Petrik dengan penuh haru.
Selain sesi diskusi, para duta pelajar juga diajak mengunjungi fasilitas pembinaan seperti Dapur Sehat, tempat pelatihan keterampilan memasak bagi warga binaan sebagai bekal reintegrasi sosial.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata sinergi antara institusi pemasyarakatan dan generasi muda dalam mendukung upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba serta mendorong pemulihan dan pembinaan warga binaan.
“Harapan bisa tumbuh bahkan di balik tembok penjara. Kami pulang membawa pelajaran berharga,” tutup Azza usai kunjungan.
Program ini diharapkan dapat memperluas perspektif publik tentang peran lapas dalam proses rehabilitasi dan pentingnya peran anak muda dalam membangun masyarakat bebas narkoba.(*)