PAMEKASAN, sekitarjatim.com — Pemerintah Kabupaten Pamekasan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) tengah mempersiapkan Festival Musik Daul yang akan digelar pada Oktober mendatang, sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Pamekasan yang ke-495.
Festival ini diharapkan mampu menjadi ajang pelestarian budaya lokal sekaligus langkah awal menuju pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Kepala Disdikbud Pamekasan, Mohammad Alwi, menyampaikan bahwa kegiatan ini digelar untuk mengangkat dan menyalurkan potensi seni tradisional yang ada di wilayah Pamekasan dan Madura secara umum. Ia menegaskan bahwa even seperti ini penting untuk menjaga semangat berkesenian para pelaku budaya.
“Jadi kita ingin musik daul ini kita lestarikan, juga kita ingin agar potensi-potensi yang ada di Pamekasan dan juga di Madura juga tersalurkan dengan baik tentunya,” ujar Alwi.
Menurutnya, kehadiran festival menjadi wadah bagi komunitas seni untuk terus berlatih dan berkreasi. Ia berharap, para seniman tidak merasa jenuh karena tidak memiliki ruang ekspresi.
“Harus ada event-event seperti ini sehingga mereka juga ada target latihan, kreasi, dan sebagainya, sehingga mereka tidak jenuh. Potensi seninya dapat tergali dan tereksplor,” imbuhnya.
Terkait teknis kegiatan, Alwi menjelaskan bahwa lomba musik daul kali ini hanya mencakup peserta dari seluruh kecamatan di Pamekasan, dan konsepnya bersifat statis atau tidak berpindah tempat. “Khusus lomba daul ini se-Pamekasan. Konsepnya ini statis, tidak perlu jalan. Insyaallah tempat penyelenggaraan akan digelar di Monumen Arek Lancor,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa proses penilaian akan melibatkan para ahli yang memahami kesenian daul secara teknis dan estetis. “Juri bisa dari dewan kesenian, dari seniman-seniman yang tahu dan ahli dalam bidang ini. Karena festival ini ada penilaian dan hadiahnya untuk yang memiliki perform terbaik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Alwi mengungkapkan keinginan pemerintah daerah agar musik daul bisa ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Menurutnya, ini penting agar kesenian khas Pamekasan tersebut tetap terjaga dan terus diwariskan.
“Kita juga ingin agar musik daul ini bisa menjadi warisan budaya tak benda kita. Sehingga nanti Kabupaten Pamekasan, juga kabupaten lain di Madura ini bisa melestarikan ini, karena ini milik kita, asli Pamekasan,” tegasnya.
Ia juga mengajak seluruh komunitas dan masyarakat untuk turut serta dalam menyemarakkan festival ini.
“Harapannya, ayok even ini disemarakkan. Jadi komunitas atau grup musik daul segera mendaftar dan berlatih. Kemudian juga ini menjadi tontonan masyarakat Pamekasan. Sejalan dengan keinginan Bapak Bupati, bahwa kita ingin kesenian itu semarak, seperti yang sering Bupati tekankan: ada kesenian, olahraga, budaya yang ada di Pamekasan ini agar bangkit,” jelasnya.
“Jadi, ayok masyarakat Pamekasan juga hadir pada acara ini dengan tertib ya,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Pamekasan, Siti Fatimah, menjelaskan bahwa persiapan kegiatan ini telah dilakukan sejak bulan Juni lalu. Pihaknya bahkan telah menggelar kajian khusus sebelum menetapkan pelaksanaan festival.
“Persiapan untuk musik daul ini kami sudah melakukan sejak bulan Juni kemarin. Kami juga sudah mengadakan kajian sebelum melaksanakan festival. Jauh sebelumnya kami telah mempersiapkan kebutuhan untuk kegiatan yang akan digelar di bulan Oktober nanti dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Pamekasan,” ujarnya.
Fatimah menegaskan bahwa kajian tersebut dilakukan untuk menggali keaslian budaya musik daul sebagai bagian dari identitas Pamekasan. “Maksud kami mengadakan kajian tersebut untuk mengkaji musik daul yang sesungguhnya budaya musik asli milik Pamekasan,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa Disdikbud menargetkan pengajuan musik daul sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2026 mendatang. Saat ini, sejumlah pengajuan WBTB lain dari Pamekasan juga tengah dalam proses.
“Kami juga berencana di tahun 2026 akan mengajukan musik daul ini sebagai budaya tak benda Indonesia. Beberapa yang kami ajukan sudah masuk WBTB dan masih berjalan di tahun 2025 ini. Jadi tujuan utama kami adalah melestarikan budaya dalam rangka pengajuan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia,” terangnya.
Berbeda dari kompetisi, kegiatan ini berbentuk festival. Dari total peserta, panitia hanya akan memilih sepuluh grup terbaik untuk diberikan penghargaan.
“Kegiatan ini bukan lomba melainkan festival, ya. Jadi kami akan ambil 10 peserta terbaik dari 40 peserta ini dan akan kami berikan hadiah. Dalam waktu dekat ini kami juga akan melakukan sosialisasi kepada para seniman musik daul,” ucapnya.
Fatimah menambahkan, jumlah peserta festival dibatasi sebanyak 40 grup. Hingga saat ini, baru tujuh tim yang mendaftar, meskipun sosialisasi resmi belum dilakukan.
“Untuk peserta kami batasi hanya 40 peserta. Untuk saat ini masih ada sekitar 7 tim yang mendaftar, meski kami masih belum melakukan sosialisasi langsung kepada para seniman,” pungkasnya.(gi/fir)






