Kaderisasi PMII Menggunakan Pendekatan TARL (Teaching At Right Level)

  • Bagikan
Kaderisasi PMII Menggunakan Pendekatan TARL ( Teaching At Right Level )

SEKITARJATIM – Kaderisasi merupakan salah satu aspek vital dalam kehidupan organisasi, tak terkecuali dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Sebagai organisasi yang lahir dari semangat perjuangan mahasiswa, PMII memandang kaderisasi bukan hanya sebagai proses pembentukan individu, tetapi juga sebagai upaya membentuk generasi yang memiliki pemahaman, komitmen, dan kemampuan untuk memperjuangkan nilai-nilai organisasi.

Dalam konteks ini, pendekatan Tarl (Teknik, Akademik, Religius, dan Loyalitas) menjadi relevan untuk digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan sistem kaderisasi PMII yang lebih efektif dan berkelanjutan.

  1. Teknik: Penguasaan Keterampilan Organisasi
    Dalam konteks kaderisasi PMII, teknik merujuk pada keterampilan dan kompetensi organisasi yang harus dimiliki oleh setiap kader. Sebagai organisasi yang bergerak dalam ranah sosial-politik, seorang kader PMII harus terampil dalam berbagai aspek, mulai dari manajemen organisasi, kemampuan berbicara di depan publik, hingga kemampuan untuk merumuskan kebijakan. Pendekatan ini mengutamakan pelatihan dan pengembangan keterampilan teknis, yang akan mempersiapkan kader PMII untuk mampu beradaptasi dan berperan aktif dalam dinamika organisasi.

Pelatihan ini tidak hanya sebatas pada penguasaan teori organisasi, tetapi juga praktik langsung dalam kegiatan yang ada. Melalui sistem pelatihan yang terstruktur dan berkala, kader PMII dapat memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif dan mampu menghadapi tantangan zaman. Dengan menguasai teknik-teknik ini, kader PMII akan mampu menjalankan program-program organisasi dengan efisien dan dapat membawa dampak positif bagi masyarakat.

  1. Akademik: Penguatan Pemahaman Ilmiah dan Intelektual
    Pendekatan akademik dalam kaderisasi PMII mengedepankan pentingnya penguatan wawasan intelektual dan pemahaman keilmuan bagi setiap kader. Sebagai organisasi yang berbasis pada intelektualitas, PMII meyakini bahwa seorang kader yang baik harus memiliki pemahaman yang luas, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam wawasan keagamaan dan sosial. Pendekatan ini mengedepankan pentingnya studi dan diskusi dalam rangka memperkaya wawasan kader tentang isu-isu sosial, politik, dan agama.
BACA JUGA:  Seberapa Penting Ilmu Agama untuk Wanita

Kaderisasi PMII yang berbasis akademik akan melibatkan berbagai jenis kegiatan, seperti seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, dan kajian Buku, yang bertujuan untuk membentuk pola pikir kritis dan analitis. Kegiatan ini akan membantu kader untuk lebih memahami konteks sosial-politik yang ada, serta memberikan dasar teori yang kuat untuk mengambil keputusan dalam setiap langkah organisasi. Pemahaman ilmiah yang mendalam akan menjadikan kader PMII sebagai agen perubahan yang tidak hanya berlandaskan pada emosi, tetapi juga pada rasionalitas dan pengetahuan yang teruji.

  1. Religius: Pembentukan Karakter Berdasarkan Nilai-Nilai Keagamaan
    Sebagai organisasi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, pendekatan religius menjadi sangat penting dalam kaderisasi PMII. Setiap kader PMII tidak hanya dibentuk secara intelektual dan teknis, tetapi juga harus memiliki kepribadian yang kuat dan berbasis pada nilai-nilai agama yang kokoh. Pendekatan religius dalam kaderisasi bertujuan untuk membentuk kader yang tidak hanya cerdas dalam hal pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memiliki moralitas dan etika yang baik dalam setiap tindakannya.

Pelatihan keagamaan seperti tafsir, fiqh, hadis, dan diskusi keislaman menjadi bagian dari proses kaderisasi yang tidak terpisahkan. Melalui pendekatan ini, kader PMII akan diajarkan untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi, serta memahami bahwa setiap tindakan mereka harus selaras dengan ajaran Islam yang rahmatan lil-alamin. Dengan karakter religius yang kuat, kader PMII akan lebih mampu mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan dan perjuangan mereka.

  1. Loyalitas: Komitmen terhadap Organisasi dan Bangsa
    Loyalitas menjadi unsur yang tak kalah penting dalam kaderisasi PMII. Kader yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi akan lebih bersemangat dalam memperjuangkan visi dan misi PMII. Loyalitas ini tidak hanya berkaitan dengan kesetiaan terhadap PMII, tetapi juga terhadap nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan oleh para pendiri organisasi.
BACA JUGA:  Harlah ke-3, PMII Doktor Nugroho Magetan Gelar Tasyakuran dan Doa Bersama

Dalam konteks ini, kader PMII diajarkan untuk selalu setia dan berkomitmen terhadap tujuan organisasi, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memperjuangkan keadilan sosial. Loyalitas ini juga mengajarkan kader untuk tetap teguh dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantangan yang mungkin muncul, serta untuk selalu menjunjung tinggi integritas dalam setiap keputusan yang diambil.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Dengan mengadopsi pendekatan Tarl (Teknik, Akademik, Religius, dan Loyalitas), kaderisasi PMII dapat berjalan lebih efektif dalam membentuk kader yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga wawasan intelektual, karakter religius, dan loyalitas yang tinggi terhadap organisasi dan perjuangan bangsa. Pendekatan ini akan memastikan bahwa kader PMII tidak hanya siap menghadapi tantangan zaman, tetapi juga mampu berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik.***

*Penulis: Mohammad Nur Fahmi Setyo Aji


***Klik tautan Google News dan dapatkan berita terkini serta informasi bermanfaat lainnya di perangkat Anda.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *