Fenomena Strawberry Moon Hiasi Langit Indonesia, Puncaknya Terjadi Siang Hari

  • Bagikan
Fenomena Strawberry Moon Hiasi Langit Indonesia, Puncaknya Terjadi Siang Hari
Fenomena Strawberry Moon/Dok. Istimewa.

JAKARTA, SekitarJatim.com Langit malam Indonesia pada Rabu (11/6/2025) dihiasi oleh kemunculan fenomena astronomi menarik, yakni Strawberry Moon atau Bulan Stroberi. Fenomena ini merupakan bulan purnama yang secara khusus terjadi setiap bulan Juni dan telah dikenal luas dalam berbagai budaya, terutama di Amerika Utara.

Menurut informasi dari situs Time and Date, puncak Bulan Stroberi tahun ini jatuh pada pukul 14.43 WIB. Karena terjadi pada siang hari, masyarakat di Indonesia disarankan untuk mengamati fenomena ini pada malam sebelumnya atau malam sesudahnya, tergantung kondisi langit di masing-masing wilayah.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dalam keterangan tertulis, menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi ketika posisi Bulan, Bumi, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Hal ini menyebabkan seluruh permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi tersinari penuh oleh cahaya Matahari.

Meski disebut Bulan Stroberi, istilah tersebut tidak merujuk pada warna Bulan. Nama ini berasal dari kebudayaan suku asli Amerika, Algonquian, yang menyebut bulan purnama pada pertengahan tahun sebagai pertanda masa panen stroberi liar. Julukan tersebut kemudian diadopsi secara luas dalam budaya Barat.

BACA JUGA:  Gebrakan Perdana Kalapas Narkotika Kelas IIA Pamekasan: Razia Hunian Warga Binaan untuk Tata Kelola Bersih

Di Indonesia, Bulan Stroberi tampak berwarna keemasan atau oranye saat berada rendah di cakrawala. Warna ini muncul akibat pembiasan cahaya oleh atmosfer Bumi, serupa dengan warna langit saat matahari terbenam.

Fenomena ini juga bertepatan dengan peristiwa astronomi langka yang disebut major lunar standstill, yakni kondisi ketika orbit Bulan mencapai kemiringan maksimum terhadap ekuator Bumi. Menurut penjelasan LAPAN, kejadian ini hanya terjadi setiap 18,6 tahun dan membuat lintasan Bulan tampak lebih rendah di langit.

“Dalam kondisi ini, posisi Bulan di langit malam terlihat sangat rendah, memberikan ilusi optik seolah-olah ukurannya lebih besar dari biasanya, terutama saat muncul di ufuk timur,” jelas LAPAN dalam siaran pers.

BACA JUGA:  27 Warga Binaan Lapas Narkotika Pamekasan Jalani Tes Urine, Seluruhnya Negatif

Tak hanya itu, Bulan Stroberi tahun ini juga melintas di dekat pusat terang Galaksi Bima Sakti, menciptakan pemandangan menakjubkan bagi pengamat langit, terutama di lokasi dengan minim polusi cahaya.

Bulan purnama sendiri kerap diberi nama berbeda setiap bulannya berdasarkan tradisi budaya kuno yang mencerminkan kondisi alam pada masa itu. Royal Museums Greenwich mencatat, beberapa nama bulan purnama yang populer antara lain: Wolf Moon (Januari), Snow Moon (Februari), Pink Moon (April), hingga Cold Moon (Desember).

Sementara itu, apabila dalam satu bulan kalender terjadi dua kali bulan purnama, fenomena tersebut disebut Blue Moon atau Bulan Biru, sebuah kejadian langka yang biasanya terjadi setiap dua hingga tiga tahun.

Fenomena langit seperti Bulan Stroberi menjadi pengingat akan keindahan alam semesta yang dapat dinikmati tanpa bantuan alat, hanya dengan mata telanjang dan langit yang cerah.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *