Resensi Buku Politik Tingkat Tinggi Kampus, Mahbub Djunaidi

  • Bagikan
Resensi Buku Politik Tingkat Tinggi Kampus, Mahbub Djunaidi
Foto: Mahbub Djunaidi (Pinterst.com/@behance)

Kilas Mengenal Mahbub Djunaidi

Pria kelahiran Jakarta 27 Juli 1933, namanya tenar dikalangan penulis dan aktivis. Ia adalah Mahbub Djunaidi pemuda cerdas dengan sejutah keunikan berpikir.

Mahbub sebagai tokoh yang dikagumi di kalangan pemuda dengan pengaruh tulisan-tulisan kritisnya. Mampu membuka alam kesadaran pemuda untuk bergerak.

Saat Mahbub menjabat sebagai ketua Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) namanya semakin banyak dibicarakan sebagai seorang penulis yang kritis. Ia banyak melahirkan karya mulai dari puisi, catatan jurnalistik, drama, esai, novel, cerpen dan terjemahan (Nusantara, 2017).

Buah Pikir Inspiratif

“Aku ingin menulis hingga aku tak mampu menulis,” Mahbub Djunaidi.

Pena ia jadikan pisau agitasi untuk melahirkan pemikiran yang terbang. Tak ada henti bagi sang pendekar pena Mahbub Djunaidi untuk menyampaikan pesan kritis yang konstruktif.

Membaca dan menulis bagi Mahbub merupakan entitas kehidupan intelektual. Para keparat Ampera dan pahlawan berpikir yang disubordinasi oleh karakter brengsek peguasa kita lawan dengan pena realitas.

BACA JUGA:  Politik Hukum dan Lika-Liku Pemilihan Umum di Indonesia

Sampaikan padanya peran kaum intelektual mestinya ada pada barisan perjuangan ideal untuk peradaban kehidupan manusia. Ia dilahirkan dengan kritis pula ia akan dihadapkan dengan ralitas sosoal yang kritis. Maka dari itu bangkitlah jiwa dan raganya untuk memperjuangkan tegaknya keadilan.

Alam pikiran tumbuh dengan keberpihakan. Berpihaklah pada pahlawan Ampera yang gigih berjuang untuk kedaulatan demokrasi. Sejalan dengan pernyataan di atas Pramoedya Ananta Toer mengatakan bahwa saat aku di penjara oleh rezim Orde Baru, Bung Mahbub satu-satunya orang yang berani membela saya lewat tulisan.

Politik Mahasiswa

“Mau disebut kekuatan politik kek, kekuatan moral kek, masa bodoh. Pokoknya kampus bagi ku perkebunan bibir orang banyak,” Mahbub Djunaidi.

BACA JUGA:  Pengaruh Politik Etis terhadap Konstruksi Sosial di Indonesia

Kita memang berbeda era dan peradaban “mahasiswa”. Namun yang tidak membedakan dari kita adalah mesin diskusi.

Mahbub Djunaidi merupakan tauladan ilmuan yang tegas dengan berpikir. Ia tekun berdealektika dengan mahasiswa. Bagi Mahbub dengan kecepatan mengasah pola pikir dengan pranata diskusi, menjadi jalan untuk membungkam penguasa keparat.

Matematikus Prancis Henri Poincare dengan tegas dan penuh keberanian mengatakan “Penguasa parlemen itu bisa berbuat apa saja kecuali merubah laki-laki menjadi perempuan,” Dari untaian kata ini menurut Mahbub menjelaskan letak ketahan mahasiswa untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat yang terhegemoni.

Bagi Mahbub muara dari politik mahasiswa hendaknya digunakan sebagai alat perjuangan bagi pahlawan Ampera. Artinya, kedaulatan rakyat dan nasib rakyat baginya tingkat tinggi perjuangan kaum intelektual.

_____
*Hainor Rahman adalah Koordinator Lembaga Semi Otonom (LSO) Sains PMII Unisma.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *